apahabar.com, BANJARMASIN – Haul Syekh Muhammad Nafis Al Banjari diperingati hari ini, Sabtu (15/12) di Desa Binturu, Kecamatan Kelua, Kabupaten Tabalong. Tak sepopuler karyanya -Kitab “Ad Durrun Nafis”-, makamnya yang kini menjadi tempat wisata religi tersebut sempat tak diketahui keberadaannya.
Kitab “Ad Durrun nafis” sangat populer bagi penuntut ilmu, terlebih bagi peminat tasawuf. Kitab ini tersebar tidak saja di Indonesia, tapi juga ke manca negara, dan dialih-bahasakan ke berbagai bahasa di dunia.
Kitab tipis berbahasa asli melayu dengan tulisan arab (arab melayu) itu memuat inti ajaran tasawuf syar’iyyin yang mempelajari tentang af’al (perbuatan), Asma (nama), Sifat, dan Zat Tuhan.
Kitab ini sering dipelajari oleh orang-orang yang sudah dewasa dan cukup ilmu dasar: tauhid dan fiqih. Bagi yang belum cukup ilmu dasar, biasanya tidak diperkenankan mempelajari kitab yang satu ini.
Selain itu, guru yang mengajarkan kitab ini pun bukanlah guru sembarangan. Sehingga tidak tersalah memberikan pemahaman.
Baca Juga : Jelang Haul Syekh Nafis, Jemaah Diprediksi 10 Ribu Orang